Pernah dengar metode Triangle of Life? Metode Segitiga Kehidupan diperkenalkan oleh Doug Copp, Kepala Penyelamat dan Manajer Bencana dari American Recue Team International (ARTI). Logika yang dijadikan dasar oleh Doug adalah saat terjadi gempa yang mengakibatkan bangunan runtuh, maka akan tercipta segitiga-segitiga yang merupakan ruangan-ruangan kosong disebelah benda-benda padat. Maka yang disarankan oleh Doug adalah daripada anda berlindung dibawah meja, maka anda seharusnya berbaring disamping meja tersebut. Karena bila gempa terjadi sangat kuat, maka meja tempat anda berlindung bisa jadi akan remuk tertimpa reruntuhan diatasnya dan membunuh anda. Masuk akal bukan? Karena logikanya meja akan menahan reruntuhan dari atas sehingga tercipta ruangan kosong disebelahnya, dimana kita akan selamat disitu. Bila tidak ada meja maka anda disarankan berbaring disamping tempat tidur, sofa atau benda-benda lain yang kokoh.

Pada saat pertama kali mendapat email saya dapat menerimanya dengan baik, tetapi ketika saya pikirkan lebih lanjut maka saya mulai meragukannya.
Pertama: dengan tidak berlindung dibawah meja atau benda-benda lainnya maka kita akan beresiko tertimpa reruntuhan dari atas yang seharusnya dapat kita hindari bila berlindung dibawah meja. Dengan berbaring disamping meja bisa saja kepala anda tertimpa monitor yang jatuh. Jadi jika mengikuti metode Segitiga Kehidupan, kita beresiko mengalami cedera yang seharusnya dapat kita hindari.

Kedua: arah gempa sulit sekali diprediksi. Ada contoh yang saya temukan dapat memudahkan logika kita. Susun beberapa benda diatas meja menjadi suatu susunan dan struktur tertentu, lalu goyangkan meja tersebut. Dari struktur yang jatuh tersebut maka kita akan menemukan “segitiga-segitiga kehidupan”. Lalu susun kembali benda-benda tersebut dengan bentuk struktur yang persis sama, kemudian goyang meja tersebut dari arah yang lain. Maka segitiga kehidupan yang terjadi akan sangat berbeda, ditempat yang tadinya terdapat ruangan kosong (pada percobaan pertama) akan hilang sekarang.

Penelusuran lebih lanjut di internet menghasilkan banyak pendapat kontra terhadap metode ini. Bahkan salah satunya dari organisasi Palang Merah dunia. Mayoritas tetap berpendapat bahwa metode bertahan hidup yang terbaik saat gempa adalah menunduk dan berlindung.

Tapi Doug Copp sendiri memperkenalkan metode ini bukan tanpa adanya suatu riset. Pada tahun 1996, ia membuat film dokumentasi dimana ia meruntuhkan sebuah sekolah dengan 20 boneka didalamnya. 10 boneka menunduk dan berlindung, sementara sisanya menggunakan metode bertahan hidup segitiga kehidupan. Setelah simulasi gempa yang meruntuhkan bangunan, ia merangkak masuk kedalam puing-puing dan menemukan bahwa mereka yang menunduk dan berlindung tidak dapat bertahan hidup. Sementara yang menggunakan metode segitiga kehidupan bertahan hidup 100%.