Senin, 23 Februari 2009

Secangkir Teh



Kau tawarkan padaku secangkir teh,
hanya secangkir teh,
untuk berbagi puisi di satu meja di ujung senja.
Puisi hanyalah sampah ,
seperti daki atau tai
yang muncul tiba-tiba tanpa diminta, datang dari ruang hampa,
yang ditulis dengan mata buta dan hati beku
yang kebetulan kita pungut dari jeda antara sadar dan gila.
Tawari aku sebotol anggur,
agar mabuk
dan kutulis sinis sajak terburuk,
agar jejak-jejak luka meluap galak dalam sajak yang retak
agar terbakar gahar hati yang memar.
Tawari saja aku sebotol anggur,
agar puisi termanis terbangun,
karena dia masih nyenyak terlelap dalam ruang yang gelap,
terkubur lama di rongga dada bersama duka purba.
tunggu aku di meja itu
dengan:secarik kertas bekas, seutas tali, atau sebilah belati
Agar pertunjukkan tragis ini segera dimulai.
(Adi J. Veckoke)

0 komentar:

Posting Komentar